Buku telah selesai kita cetak. Sekarang saatnya kita memasarkannya. Sejak sebelum buku kita tulis, tentunya kita telah memiliki gambaran siapa saja yang akan membaca buku kita. Di situlah target pemasaran kita. Ketika saya memulai usaha penerbitan, saya menulis buku Serial Merantau ke Saudi. Buku-buku ini berisi mengenai berbagai keterampilan dan pengetahuan mengenai budaya dan bahasa Arab serta motivasi kerja. Dalam pikiran saya sudah terbayang ratusan ribu calon TKI di kantor-kantor PJTKI yang tersebar di wilayah Jabodetabek dan sekitarnya sedang berebut membeli buku saya.
Begitu buku selesai dicetak saya langsung membuat surat permohonan kerja sama dengan hampir seratus kantor PJTKI untuk memasarkan buku saya. Ternyata sebagian besar mereka setuju menjalin kerja sama. Memang tidak semua lancar. Ada beberapa PT yang tiap minggunya memesan 200 sampai 400 eksemplar, tetapi banyak pula yang sebulannya hanya memesan 50 sampai 100 eksemplar. Sibuk memang. Kesana kemari promosi dan melayani pesanan. Kuping sampai panas bertelpon, mengecek setiap pelanggan apakah bukunya sudah habis apa belum. Keringat bercucuran mengangkat kardus menghantar setiap pesanan. Belum lagi harus ngurus cetakan setiap kali buku mau habis.
Kalau target pasar selalu stabil sepanjang tahun, bahkan selalu meningkat, maka lumayanlah buat dapur selalu mengepul. Hanya saja bila target pasarnya naik turun tidak menentu seperti di atas. Waktu TKI masih booming pesanan hampir setiap hari selalu ada, tetapi begitu pengiriman TKI sementara dihentikan, mulailah terasa menyesakkan.
Untuk jangka pendek dan oplah yang belum begitu banyak, teknik pemasaran seperti tersebut di atas memang masih memungkinkan, tetapi untuk jangka panjang dan jangkauan target pasar yang lebih luas, maka kita memerlukan jasa distributor. Distributor umumnya memiliki jaringan pemasaran yang luas, bahkan banyak yang tidak terbatas wilayah propinsi, melainkan juga meliputi wilayah nasional dan internasional. Apalagi jika penerbitan kita telah berkembang dengan banyak judul buku, banyak pengarang, banyak karyawan, banyak modal, tentu tidak mungkin semuanya kita pasarkan sendiri.
Pemasaran adalah nyawanya penerbitan. Penerbitan tidak mungkin jalan jika pemasarannya macet. Buku yang sudah terlanjur kita cetak akhirnya hanya kita jual kiloan di tukang loak. Gagallah cita-cita kita sebagai penerbit. Modal habis. Uang tidak kembali.
Paling tidak ada empat target pemasaran buku, yaitu :
1. Perseorangan
Calon pelanggan perseorangan ini dapat berhubungan langsung dengan penerbit lewat :
- showroom penerbit, misalnya berupa toko buku eceran yang berada di satu kompleks dengan penerbit atau di toko-toko cabang di berbagai daerah.
- pesanan langsung lewat telepon dan dikirimkan lewat paket kilat.
- penjualan secara On Line.
2. Lembaga pendidikan, sosial, pemerintahan dan perusahaan
- Sekolah, perguruan tinggi, tempat-tempat kursus. Di lembaga-lembaga pendidikan adalah pangsa pasar paling baik untuk usaha penerbitan. Merekalah konsumen buku terbesar di manapun dan kapanpun. Apalagi sekarang setelah merebaknya gadget, minat baca masyarakat mulai bergeser dari buku konvensional ke e book. Sedang di lembaga pendidikan umumnya masih bertahan pada buku konvensional. Hanya saja jangan sampai kita kembali ke era antara 90an sampai 2010an di mana pema saran buku di lembaga pendidikan sudah mendekati praktek-praktek mafia yang amat me rugikan dan mendlolimi para siswa. Kita harus menggunakan pendekatan pemasaran yang lebih berbudaya dan terhormat.
- Perpustakaan umum, baik nasional, wilayah, daerah, kecamatan, maupun desa. Secara ber kala mereka selalu mengupdate dan meremajakan buku-buku koleksi mereka. Apalagi jika kita memiliki buku-buku annual, maka mereka akan selalu berlangganan setiap tahunnya.
- Setiap instansi pemerintahan maupun perusahaan swasta umumnya memiliki koperasi yang memasarkan apapun yang dibutuhkan oleh para pegawai. Salah satu yang mereka bu tuhkan adalah buku bacaan, baik buat dirinya sendiri maupun buat isteri dan anak- anaknya.
3. Pedagang buku eceran
- Toko buku, baik besar maupun kecil, baik yang ada di Mall-mall, maupun kios-kios kecil serta lapak-lapak pedangang kaki lima di pusat-pusat bursa buku, seperti di Shopping Cen tre di Yogyakarta, di Jl. Semarang, Surabaya, di Pasar Johar Semarang, di Senen dan Jati negara, Jakarta dsb.
- Agen-agen distribusi massal musiman.
- Agen pedagang keliling, Agen ini memiliki pasukan pengecer buku keliling. Ada yang ke liling pakai mobil, motor, sepeda, dan berjalan kaki. Hampir seluruh pelosok kota dan desa dapat dijangkau oleh agen ini.
- Penjaja asongan di angkutan umum, pasar, perkantoran, tempat-tempat wisata, dll.
4. Distributor buku
Distributor buku adalah pedagang perantara, yaitu antara penerbit dengan pengecer. Distributor besar yang berskala nasional memiliki jaringan nasional. Hampir di setiap daerah mereka memiliki perwakilan dan gudang penyimpanan buku. Mereka selalu siap memasarkan setiap buku yang kita terbitkan ke seluruh pelosok tanah air. Distributor sangat membantu penerbit dalam menjangkau pengecer-pengecer di pelosok yang tidak mungkin dijangkau oleh penerbit. Bagi pengecer sangat terbantu dalam menyediakan dagangan beraneka buku dari aneka penerbit.
Sesuai dengan fungsinya sebagai pedagang perantara, seharusnya distributor tidak boleh merangkap sebagai pengecer. Praktek rangkap fungsi ini menjadi biang keladi rusaknya harga pasaran buku. Terjadi perang diskon antara distributor dan pengecer. Kebanyakan pengecer umumnya kalah bersaing. Para konsumen berbondong-bondong lari ke distributor yang bersemboyan BELI ECERAN HARGA GROSIRAN. Padahal para pengecer umumnya adalah rakyat golongan ekonomi lemah, sedang distributor umumnya para pemilik modal besar,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar