Pekerjaan utama penerbit adalah menghasilkan buku yang kira-kira laku dijual. Buku dihasilkan dari naskah. Naskah adalah karya tulis asli yang belum diperbanyak. Bentuknya bisa merupakan tulisan tangan atau ketikan manual atau tersimpan dalam file komputer. Isi naskah harus memenuhi standar ilmiyah, baik visi, sistematika, tatabahasa maupun gaya bahasa serta jumlah halaman. Naskah yang layak diterbitkan bukan sembarang naskah ilmiyah, melainkan naskah yang kira-kira kalau sudah dicetak menjadi sebuah buku bacaan laku dijual. Laku dijual bisa jadi karena pengarangnya terkenal, isinya sedang in, harganya pas, disain cover dan isinya menarik, promosi dan distribusi cukup luas dan gencar.
Naskah adakalanya datang sendiri yang dibawa oleh pengarang ke meja redaksi. Penerbit tidak bisa hanya tergantung dan hanya menunggu naskah yang datang. Jika hanya menunggu, maka jalannya produksi tidak menentu, kalau ada, jalan, kalau tidak ada nganggur. Ini tentu tidak baik bagi perusahaan. Kalaupun ada naskah yang datang mungkin terlalu sedikit untuk melakukan penyeleksian mana yang terbaik jika diterbitkan, apalagi jika naskah yang masuk semua di bawah standar layak terbit. Akhirnya mengambil langkah untung-untungan. Asal diterbitkan siapa tahu nanti laku di pasaran. Repotlah kalau sudah begini. Semua jadi tidak pasti. Padahal banyak uang yang dipertaruhkan di sini.
Oleh karena itu untuk menghindari keadaan yang tidak menentu itu penerbit harus bergerak aktif menjemput bola, mencari langsung ke lapangan, mendatangi pengarang-pengarang baik yang terkenal maupun yang tidak terkenal untuk menemukan naskah-naskah yang kira-kira booming atau setidaknya laku di pasaran. Kita datangi kampus-kampus, instansi-instansi pemerintah maupun swasta, organisasi-organisasi sosial, LSM-LSM, kantor-kantor partai politik, padepokan-padepokan seni, pusat-pusat kerajinan tangan dan sebagainya. Kita buka Yellow Pages, kita cari daftar nama, alamat dan nomor telepon mereka. Kita kontak mereka, Kita buatkan proposal permohonan kerja sama dengan mereka. Dari sekian banyak alamat itu dapat dipastikan kita akan menemukan banyak naskah yang sama sekali baru atau yang akan dicetak ulang atau naskah terjemahan dari buku asing. Dengan demikian banyak naskah, kita dapat mengklasifikasi mana naskah yang kira-kira di atas standar, pas dengan standar dan mana yang di bawah standar, Naskah-naskah yang di atas standar dan yang pas dengan standar langsung dapat kita proses. Sedang naskah yang di bawah standar perlu kita lakukan perbaikan, bersama pengarang tentunya, di sana sini sampai sesuai dengan standar penerbitan kita. Pengarang pun biasanya dengan senang hati menerima usulan dan saran-saran demi kebaikan bersama.
Itulah tugas Editor dalam proses penerbitan suatu buku. Tugas itu bisa dilaksanakan oleh sebuah team atau orang seorang bagi penerbit pemula yang belum punya karyawan.
Terhadap naskah yang sudah ok langsung kita buatkan surat perjanjian kerja sama penerbitan dan pengarang berhak mendapatkan uang muka sebesar sesuai dengan perjanjian, Naskah kemudian kita masukkan ke dalam input data kita dan kita proses editing, layout dan disain grafis, penyusunan kateren, diprint dan dibuat dummy. Dummy ini kita bawa ke pengarang untuk dikoreksi sekali lagi. Setelah semuanya ok baru kita bawa ke Perpustakaan Nasional untuk dimintakan ISBN. Setelah memperoleh ISBN baru kita perbanyak dan didistribusikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar